Minggu, 25 Mei 2014
TUGAS PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
BAHASA INDONESIA
“FENOMENA PENGUNAAN BAHASA GAUL”
KELOMPOK 5
DI SUSUN OLEH :
MURSIDA
EKA NURVITA SARI
TITI FAUZIAH
LESTARI LAIYA
MIRA NAZIRA
LELAWATI ARIANA
SRI RAHAYU
KELAS 4C
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
Pengantar
Fenomena pemakaian bahasa gaul di Indonesia sudah tidak aneh lagi. Bahkan sering pemakaian bahasa gaul dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari dari mulai kalangan anak-anak, remaja, dewasa, orang tua bahkan waria atau banci pun sudah mendarah daging bagi mereka untuk menggunakan bahasa gaul tersebut. Bahasa gaul dari tahun ketahun semakin berkembang mengikuti perkembangan zaman, dimana bahasa gaul sekarang telah mendominasi hampir seluruh para remaja yang tinggal di perkotaan. Bahasa gaul sangat memberikan dampak negatif terhadap bahasa Indonesia, karena bahasa gaul sangat melenceng dari tata bahasa baku dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Pembahasan
Sejarah Bahasa Gaul
Sejarah bahasa gaul sendiri sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an, tetapi pada waktu itu istilah bahasa prokem. Lalu bahasa tersebut diadopsi, kemudian dimodifikasi sedemikian unik dan digunakan oleh orang-orang tertentu atau kalangan-kalangan tertentu saja. Pada awalnya bahasa prokem digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras.
Bahasa prokem atau bahasa gaul adalah ragam bahasa bahasa Indonesia non standar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an. Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek Betawi yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk -ok- di depan fonem terakhir yang tersisa. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi -ok- menjadi bokap.
Kemudian, waria menciptakan sebuah bahasa yang disebut dengan bahasa gaul, sesuai dengan pengertian awalnya yakni bahasa yang digunakan untuk berteman dan bersahabat di tengah masyarakat (KBBI, 2008).
Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu merahasikan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Oleh karena itu, sering digunakan di luar komunitasnya dan lama-kelamaan istilah tersebut menjadi bahasa sehari-hari. Kosa kata bahasa gaul yang belakangan ini berkembang sering tidak beraturan dan cenderung tidak terumuskan. Bahkan tidak dapat diprediksi bahasa apakah yang berikutnya yang akan menjadi bahasa gaul.
Kecendurangan masyarakat ataupun para pelajar menggunakan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari semakin tinggi dan lebih parah. Makin berkembangnya bahasa gaul mencampur adukkan bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa-bahasa yang lainnya. Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul yang sering digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media populer seperti tv, radio, dunia perfiliman nasional dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan waria, remaja, oleh majalah-majalah remaja populer. Dengan demikian, bahasa gaul sebagai bahasa utama yang digunakan komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.
Waria adalah lelaki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keadaan waria telah tercatat lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Seorang laki-laki memilih menjadi waria dapat terkait dengan keadaan biologisnya (hermafioditisme), orientasi seksual (homoseksualitas) maupun akibat pengkondisian lingkungan pergaulan.
Dalam sebuah milis (2006) disebutkan bahwa bahasa gaul memiliki sejarah sebelum penggunaannya populer seperti sekarang ini.
Berikut ini sejarah kata bahasa gaul yaitu sebagai berikut :
Nih yee...
Ucapan ini terkenal ditahun 1980-an, tepatnya November 1985. Pertama kali yang mengucapkan bahasa gaul adalah orang seorang pelawak bernama diran. Selanjutnya dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah dan populer hingga saat ini.
Memble dan kece
Kata ini merupakan kata-kata ciptaan yang khas Jaja Mihardja. Pada tahun 1986, muncul sebuah film berjudul memble tapi kece yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani dengan Dorce Gamalama.
Bow ....
Kata ini populer pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata bow adalah grup GSP yang beranggotakan hennyta tarigan dan Rina Gunawan.
Nek ....
Kata ini dipopulerkan anak-anak SMA dipertengahan 1990-an. Kata nek pertama kali diucapkan oleh Budi Hartadi remaja dikawasan kebayoran yang tinggal bersama neneknya.
Jayus
Pada akhir dekade 1990-an dan awal abad 21, ucapan jayus sangat populer. Kata ini dapat berarti sebagai lawakan yang tidak lucu atau tingkah laku yang disengaja untuk menarik perhatian, tetapi justru membosankan.
Jaim
Ucapan ini dipopulerkan oleh Drs. Sutoko Parwosaswito, seorang pejabat disebuah departemen yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image.
Gitu loh
Kata ini pertama kali diucapkan oleh Gina Natasha seorang remaja SMP dikawasan kebayoran.
1. Bahasa Gaul Anak Alay
Bahasa Alay merupakan akronim dari anak layangan,lebay, atau anak kelayaban. Ini adalah sebuah istilah yang ditujukan bagi orang-orang yang suka bertindak berlebihan. Contohnya: iYa nIe” ,”aBiS LAgI sIbUq siCh 9w 9ag 8i5a 5kr9.kata “juga” dengan “juja”, “sms” dengan “cmz” atau “xmx”. tyUs kmueh jNaN luEpa Mams eaaa ,Sibuk = sibuq. ketika mengetik sms mereka cenderung menggunakan kombinasi huruf kapital dan huruf kecil dalam kata, seperti ” iYa nIe” ,”aBiS LAgI sIbUq siCh”. Penggunaan angka pun tak luput dari penulisan kata mereka. Contohnya dalam kata-kata, 9w 9ag 8i5a 5kr9.
2. Bahasa Gaul Ala Waria
Contoh:
Kombinasi e + ong
Kata bencong itu bentukan dari kata banci yang disisipi bunyi dan ditambah di akhiran ong. Misalnya :
makan —˃ mekong - kerja —˃ krejong
sakit —˃ sekong - pacaran —˃ pecongan
laki-laki —˃ lekong - hati —˃ hetong
lesbi —˃ lesbong - jadi —˃ jedong
mana —˃ menong - jangan —˃ jengjong
banci —˃ bencong - jelek —˃ jelong
mati —˃ metong - kebut —˃ kebong
siapa —˃ sepong - kemari —˃ kemerong
kepala —˃ kepelong - kuliah —˃ kulimenong
najis —˃ najong
palsu —˃ pelsong
sebel —˃ sebong
sepi —˃ sepong
belanja —˃ belenjong
Kombinasi e + es
laki —˃ lekes
banci —˃ bences
banyak —˃ benyes
Bahasa-Bahasa Gaul 2013
Kumpulan Bahasa Gaul
bohong —˃ bokis
seru, lucu —˃ gokil
memang benar —˃ ember
anak muda —˃ berondong
anak muda manis —˃ bronis
tidak ada nyali —˃ cemen
ayah —˃ bokap
sok tahu —˃ sotoy
tidak ada uang —˃ bokek
serius —˃ ciyus
cocok —˃ cucok
selalu ingin tahu —˃ kepo
tidak lucu —˃ garing
mana ku tahu —˃ meneketehe
lucu —˃ unyu-unyu
berlebihan —˃ menye-menye
ribet, susah —˃ rempong
norak —˃ katrok
montok —˃ semok
asyik, enak —˃ ajib
. judes,sombong —˃ jutek
berlebihan —˃ lebay
saya —˃ gue, akyu, eke
kamu —˃ loe
lupa —˃ lupita
ganggu —˃ gengges
Kemana —˃ kemidang
ibu —˃ nyokap
kesini —˃ kesindang
Jijik —˃ jijay
pergi —˃ capcus
semangat —˃ cemungut
SMS —˃ cemees
boring total —˃ bete
cewek murahan —˃ cabe-cabean
capek deh —˃ capcay deh
busyet dah —˃ buju buneng
cinta —˃ cintrong
yang benar —˃ yang biber
terserahlah —˃ sutralalah
ayo —˃ yiuuk
begitu —˃ begichu
kasihan —˃ cian
terus —˃ tyus
simpel —˃supel
nongkrong —˃ ngeceng
bodoh —˃ bego
sial —˃ yalsi
tidak jelas —˃ gaje
mahal —˃ mahong
begini —˃ begindang
kuno, jadul —˃ cupu, culun
keren —˃ kece
menggosip —˃ rumpi
tidak peduli —˃ emang gue pikirin
penat —˃ capek deh
makan —˃ muem
Penyebab Bahasa Gaul
Penyebabnya adalah kurangnya kecintaan terhadap bahasa Indonesia baku. Namun, tidak semua remaja menggunakan bahasa gaul ini. Pada umumnya yang menggunakan bahasa ini yaitu remaja yang ingin dianggap tenar dikalangan teman-temannya. Mereka menganggap berbahasa gaul adalah keren, padahal di mata remaja lain gaya bahasa mereka adalah alay.
Adapun cara supaya bahasa Indonesia agar tetap dipakai dikalangan masyarakat, yaitu:
Mengajarkan kembali kepada siswa untuk lebih mengutamakan dalam menggunakan bahasa Indonesia dari pada penggunaan bahasa gaul.
Menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia.
Di sekolah-sekolah lebih mengutamakan pembelajaran bahasa Indonesia.
Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Eksistensi Bahasa Indonesia
Bahasa gaul dapat timbul dimana saja .bahasa yang di gunakan anak muda pada umumnya muncul dari kreatifitas mengola kata baku dalam bahasa indonesia menjadi kata yang tidak baku.bahasa gaul kita dapat dari media massa tv, lirik lagu bahkan dari novel.hal ini tidak dapat di hindari karena pengaruh perkembangan alat komunikasi yang selalu berkembang.
Dampak Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Bahasa Indonesia
Gejala yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa indonesia di anggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa, kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negri sendiri berdampak pada lunturnya bahasa indonesia dalam pemakaianya di kalangan remaja/ masyarakat.di tambah lagi maraknya artis menggunakan bahasa gaul sehingga melunturkan rasa mencintai terhadap pemakaian bahasa indonesia.
Kesimpulan
Bahasa gaul sebagai bahasa anak muda merupakan keanekaragaman budaya negara kita Indonesia dibidang bahasa Indonesia. Bahasa gaul sangat berperan dalam pembentukan bahasa yang digunakan kalangan remaja karena penggunaannya yang bersifat santai dan fleksibel. Tetapi alangkah baiknya jika kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga eksistensi dari bahasa Indonesia tetap terjaga.
Kamis, 22 Mei 2014
MORFOLOGI BAHASA DAERAH

TUGAS MAKALAH MORFOLOGI
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA LANJUT
DI SUSUSN OLEH :
EKA NURVITA SARI / 126210716
KELAS : 4 C
PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013/2014

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, karena berkat taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Morfologi Bahasa Daerah” dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis mengharapkan makalah ini nanti dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengetahui, memahami dan mempelajari tentang isi “Morfologi Bahasa Daerah” tersebut. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan bantuan dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa.
Meskipun demikian penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi kemajuan makalah yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pekanbaru, 11 Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
1. Verba ................................................................................................................. 1
2. Adverbia .............................................................................................................. 5
3. Prefiks ............................................................................................................... 8
4. Infiks ................................................................................................................ 10
5. Sufiks ................................................................................................................ 11
6. Konfiks ............................................................................................................... 13
7. Rincian Biaya ......................................................................................................... 17
1)VERBA
A. 10 contoh verba perbuatan (aksi)
1. Dekne kabeh lagi dolanan neng taman.
(Mereka sedang bermain di taman).
2. Kucing kuwi turu neng kasur.
(kucing itu tidur di kasur).
3. Sarto dodolan sandangan neng pasar.
(Sarto jualan pakaian di pasar).
4. Embok Rina lagi nggawe bakwan.
(Ibu Rina sedang membuat bakwan).
5. Lilis lagi nyapu latar.
(Lilis sedang menyapu halaman).
6. Wawan karo konco-koncone ngelangi neng kali.
(Wawan dan teman-temannya berenang di sungai).
7. Dodi lagi ngecet omahe.
(Dodi sedang mengecat rumahnya).
8. Laras lagi tuku iwak neng pasar.
(Laras sedang membeli ikan di pasar).
9. Kiki sinau matematika ket mau.
(Kiki belajar matematika sejak tadi).
10. Endra ngaploki prawan kuwi.
(Endra menampar gadis itu).
Verba dolanan, turu, dodolan, nggawe, nyapu, ngelangi, ngecat, tuku, sinau, dan menampar merupakan verba perbuatan. Karena masing-masing verba tersebut mengandung makna keadaan yang menyatakan bahwa acuan verba berada dalam situasi tertentu. Bisa diambil dari salah satu contoh yaitu Endra menampar gadis itu. Kata menampar mengimplikasikan tindakan satu partisipan ke partisipan lain.
B. 10 contoh verba proses
1. Akeh tanduran nduwe godhong subur neng kebon.
(Banyak tanaman yang berdaun subur di kebun).
2. Manuk merak nduwe wulu becik nggeret gatekan pengunjung kebon binatang.
(Burung merak berbulu indah menarik perhatian pengunjung kebun binatang).
3. Kembang mawar tuwuh neng taman.
(Bunga mawar tumbuh di taman).
4. Mira bimbang karo keputusane.
(Mira bimbang dengan keputusannya).
5. Paklek teko soko Jakarta
(Paman datang dari Jakarta).
6. Pari kuwi mulai nguning.
(Padi itu mulai menguning).
7. Sapi kuwi modar amargo keracunan.
(Sapi itu mati karena keracunan).
8. Mobil kuwi kudune ora rusak.
(Mobil itu seharusnya tidak rusak.
9. Awakke Nia tambah cilik.
(Badannya Nia semakin mengecil).
10. Koco jendelo pak Rahman pecah.
(Kaca jendela pak Rahman pecah.
Verba nduwe godhong, nduwe wulu, tuwuh bimbang, teko, nguning, modar, rusak, cilik dan pecah termasuk dalam verba proses. Karena verba ini menyatakan suatu proses-proses yang tejadi. Seperti verba di atas yang mengandung makna proses yaitu badan Nia semakin mengecil. Kata mengecil memiliki makna inheren karena sebelum badannya Nia itu mengecil, badannya gendut.
C. 10 contoh verba keadaan.
1. Roni kelaran wektu dicokot ulo.
(Roni kesakitan waktu digigit ular).
2. Caca ora demen karo kelambi seng rupane ireng.
(Caca tidak suka dengan baju yang berwarna biru).
3. Kucinge Rina ketubruk mobil wayah melayu menyang dalan.
(Kucingnya Rina tertabrak mobil waktu menyebrang).
4. Adiku demen banget bakso.
(Adik saya paling suka bakso).
5. Kirno kedadeyan ngerjakne soal matematika sing paling rekoso.
(Kirno berhasil mengerjakan soal matematika yang paling sulit).
6. Lia lemah banget karo penyakit sing dirasakne.
(Lia sangat lemah karena penyakit yang diderita).
7. Kabeh konco-konco mbungah karo kelulusan sing ditampani.
(Semua teman-teman bergembira dengan kelulusan yang diterimanya).
8. Soimah saiki dadi artis sing terkenal.
(Soimah sekarang menjadi artis yang terkenal).
9. Cris john yaiku petinju sing paling linuwih.(Cris john adalah petinju yang terhebat).
10. Cuaca esuk iki adhem banget.
(Cuaca pagi ini sangat dingin).
Verba kelaran, demen, ketubruk, demen, rekoso, lemah, mbungah, terkenal, linuwih, dan adhem termasuk dalam verba keadaan. Karena verba ini menyatakan suatu perubahan. Seperti salah satu contoh verba keadaan di atas yaitu cuaca pagi ini sangat dingin. Kata dingin memiliki makna keadaan karena mengacu pada situasi tertentu.
D. 5 contoh verba ekatransitif
1. Aku lagi nggowo kue donat.
(Saya sedang membawa kue donat).
2. Petani mbanyoni sawahe.
(Petani mengairi sawahnya).
3. Polisi lagi mburu maling.
(Polisi sedang mengejar pencuri).
4. Angga ngerjakne tugas boso inggris.
(Angga mengerjakan tugas bahasa Inggris).
5. embok lagi ngadhemake bubur.
(Ibu sedang mendinginkan bubur).
Verba Nggowo, mbanyoni, mburu, ngerjake, dan ngadhemake pada kalimat di atas adalah verba ekatransitif karena verba ini hanya memerlukan sebuah objek (kue donat, sawahe, maling, tugas boso Inggris, dan bubur). Dikatakan ekatransitif karna kalimat ini hanya mempunyai satu objek dan tidak berpelengkap. Unsur wajib dalam kalimat ekatransitif adalah subjek, predikat, objek.
E. 5 contoh verba dwitransitif
1. Ibu nukokake komputer adhikku.
(Ibu membelikan komputer adik).
2. Badriah njupukake klambi anake.
(Badriah mengambilkan baju anaknya).
3. Sugeng nggaweake jenang bapak.
(Sugeng membuatkan bubur bapak).
4. Joko mbukakake lawang tamu.
(Joko membukakan pintu tamu).
5. Adhik macakake layang ibu.
(Adhik membacakan surat ibu).
Verba pada kalimat nukokake, njupukake, nggaweake, mbukakake, dan macakake merupakan verba dwitransitif karena mewajibkan hadirnya dua nominal atau frasa nominal dibelakangnya. Nomina atau frasa nominal tersebut ialah komputer dan adhikku, klambi dan anake, jenang dan bapak, lawang dan tamu, layang dan ibu.
F. 5 contoh verba taktransitif.
1. Joko ketiban uwoh kambil.
(Joko kejatuhan buah kelapa).
2. Andri melu lomba nembang.
(Andri ikut lomba menyanyi).
3. Paklik kecopetan wektu ono ing stasiun.
(Paman kecopetan saat berada di stasiun).
4. Lona lagi ngapek jeruk.
(Lona sedang memetik jeruk).
5. Gedung sing anyar kuwi megah banget.
(Gedung yang baru itu sangat megah).
Verba nembang pada (2), kecopetan (3), dan megah (5) adalah verba taktransitif karena tidak dapat diikuti nomina. Verba ketiban pada (1) memang diikuti oleh nomina buah kelapa dan ngapek pada (4) juga memang diikuti oleh nomina jeruk, tetapi nomina itu bukanlah objek. Karena itu, ketiban dan ngapek merupakan verba taktransitif. Sedangkan uwoh kambil dan jeruk merupakan pelengkap.
2) ADVERBIA
Advrbia adalah Kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain.
Berikiut ini contoh adverbia.
1. Kembang neng taman kuwi indah banget (bunga di taman itu sangat indah).
2. Dekne kabeh hampir wae tibo. (mereka hampir saja terjatuh).
3. Kerjone saben dino dolanan wae (kerjanya setiap hari bermain saja).
Kata banget, hampir, dan nuli termasuk adverbia yang berupa kata dasar.
4. Sakjane kami ora ngerti karo hal kuwi. (sesungguhnya kami tidak tahu akan hal itu).
5. Sabenere aku ora seneng karo dheweke. (sebenarnya saya tidak senang dengan dia).
6. Aku njaluk dekne kabeh teko sacepete (saya meminta mereka datang secepatnya).
Kata sakjane, sabenere, dan sacepete termasuk ke dalam adverbia yang berupa kata berafiks.
7. Kowe ojo pisan-pisan melanggar aturan (anda jangan sekali-sekali melanggar aturan).
8. kowe ojo kerep-kerep lek-lekan (kamu jangan sering-sering begadang).
9. Sepinter-pinter bajing melompat mesti tibo juga (Sepandai-pandai tupai melompat pasti jatuh juga).
10. Saabot-abot moto memandang, abot juga pundak mikul. (seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul)
Kata pisan-pisan, kerep-kerep, mugo-mugo, sepinter-pinter, dan saabot-abot termasuk ke dalam adverbia yang berupa kata ulang.
11. Kerep kami isih eling dheweke (acapkali kami masih teringat dia).
12. Mung wae awake dhewe kudu luwih waspada (hanya saja kita harus lebih waspada).
13. Kami meh nuli mangan bareng (kami hampir selalu makan bersama).
14. Tono mung menghambur-hamburke dhuwit wae (Tono hanya menghambur-hamburkan uang
saja).
15. Dadi wong ojo mung memetingkan awak dhewe wae (menjadi orang jangan hanya
mementingkan diri sendiri saja).
Kata kerep, mung wae, dan meh nuli itu termasuk adverbia yang berdampingan. Sedangkan mung...wae, dan ojo...wae termasuk adverbia yang tidak berdampingan.
16. Dheweke mung ngancani aku menyang pasar (dia hanya menemani saya ke pasar).
17. Kembang kuwi becik banget (bunga itu sangat indah).
18. Ayu pisan prawan kuwi (cantik sekali gadis itu).
19. Ayu nian bojomu kuwi (cantik nian istrimu itu).
20. Larang banget rego kelambi kuwi (mahal amat harga baju itu).
21. Mbakyuku cepet lungo nyang Singapura (kakakku segera pergi ke Singapura).
22. Aku yakin dudu dheweke wae sing bisa (Saya yakin bukan dia saja yang
bisa).
Kata mung, dan banget termasuk ke dalam adverbia yang mendahului kata yang diterangkan. Kata pisan dan nian termasuk adverbia yang mengikuti kata yang terangkan. Kata amat dan segera termasuk ke dalam adverbia yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan. Kata dudu-wae termasuk adverbia yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan.
23. Dheweke sing paling enom umure neng antara awake dhewe (dialah yang paling muda usianya di antara
kita).
24. Masakan embok iki kurang uyah (masakan ibu ini kurang garam).
Kata paling dan kurang termasuk adverbia kualitatif.
25. Murite kiro-kiro seket uwong (muridnya kira-kira lima puluh orang).
26. Opahku cukup kanggo mangan seminggu (gajiku cukup untuk makan seminggu).
Kata kiro-kiro dan cukup termasuk adverbia kuantitatif.
27. Rina mung lungo sedhelo menyang Jakarta (Rina hanya pergi sebentar ke Jakarta).
28. Kami sekedar mampir neng hotel (dia sekadar singgah di hotel).
Kata mung dan sekedar termasuk adverbia limitatif.
29. Aku kerep mangan neng restoran (saya sering makan di restoran).
30. Toni arang mlebu sekolah (Toni jarang masuk sekolah).
Kata kerep dan arang termasuk adverbia frekuentif.
31. Kami arep cepet teko menyang pesta kuwi (kami akan segera datang ke acara pesta itu).
32. Aku lagek balek soko njowo (saya baru pulang dari Jawa)
Kata cepet dan lagek termasuk adverbia kewaktuan.
33. Alon-alon dheweke arep mateni aku (pelan-pelan dia akan membunuhku).
34. Dheweke meneng-meneng meloni aku soko buri (dia diam-diam mengikutiku dari belakang).
Kata alon-alon dan meneng-meneg termasuk adverbia kecaraan.
35. Sopo ngomong dheweke galak, justru dheweke sing nuli nulung aku (siapa bilang dia jahat, justru dia yang selalu
menolongku).
36. Ojo meneh ngenehi dhuwit emboke, dheweke malahan njaluk dhuwit marang emboke (Jangankan memberi uang ibunya,
dia malahan minta uang kepada ibunya).
Kata justru dan malahan termasuk adverbia konstratif.
37. Kabeh makhluk urip mesti arep mati (semua makhluk hidup pasti akan mati).
38. Niscaya Allah marang wong-wong sing bertobat. (Niscaya Allah kepada orang-orang yang bertobat).
Kata mesti dan niscaya termasuk adverbia keniscayaan.
39. a. Kami lungo mlaku-mlaku nyang kebon binatang. Kami lungo nyang Labersa (kami pergi jalan-jalan ke kebun binatang. Kami
pergi ke Labersa).
b. Kami lungo mlaku-mlaku nyang kebon binatang. Sawis kuwi, kami lungo nyang Labersa (kami pergi jalan-jalan ke
kebun binatang. Sesudah itu, kami pergi ke Labersa).
40. a. Banjir wes mulai surut. Awake dhewe kudu tetap waspodo (banjir sudah mulai surut. Kita harus tetap waspada).
b. Banjir wes mulai surut. Ning, awake dhewe kudu tetap waspodo (banjir sudah mulai surut. Akan tetapi, kita
harus tetap waspada).
Kata sawis kuwi dan ning termasuk adverbia konjungtif.
41. Alkisah, ono wong embok enom sing wis ndino-dino ora mangan, nganti awake tambah gering wae (alkisah, ada
seorang ibu muda
yang sudah berhari-hari tidak makan, hingga tubuhnya semakin kurus saja).
42. Arkian, sakwise teko nang keesokan dinane, mula baginda pun mangka karo samubarang menteri hulubalangnya
diiringne soko rakyat sisan (Arkian setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun berangkatlah dengan segala
menteri hulubalangnya diiringkan oleh rakyat sekalian).
Kata alkisah dan arkian termasuk adverbia wacana.
43. Tau-tau Rita nagih utang (tahu-tahu rita menagih hutang).
44. Pakde arep teko nyang Pekanbaru karo-kiro sesuk (Pakde akan datang ke Pekanbaru kira-kira besok).
Kata tahu-tahu dan kira-kira termasuk adverbia deverbal.
45. Meneng-meneng aku dhemen karo Firman (Diam-diam saya suka dengan Firman).
46. Sebaike awake dhewe mangkat saiki (sebaiknya kita berangkat sekarang).
Kata meneng-meneng dan sebaike termasuk adverbia deadjektifal.
47. Tanpo didugo rupane dheweke ndhemeni aku (tanpa diduga rupanya dia menyukai saya).
48. Rino teko nyang omahku bengi-bengi (Rino datang ke rumahku malam-malam).
Kata rupane dan bengi-bengi termasuk adverbia denominal.
49. Sethithik-sethithik nggugat karo emboke (sedikit-sedikit mengadu dengan ibunya).
50. Kalau tandhang gawe ojo separo-separo (kalau bekerja jangan setengah-setengah).
Kata sethithik-sethithik dan separo-separo termasuk adverbia denumeral.
3)PREFIKS
1. Prefiks per-
Contoh :
a. Tono diperkuat oleh ilmu hitam.
(Tono dikuwati karo ilmu hitam).
b. Rumahku diperbesar lagi.
(Omahku digedhekne meneh).
c. Baju lina akan diperkecil lagi.
(Kelambine lina arep dicilikne meneh).
2. Prefiks ber-
Contoh :
a. Pak Ahmad beristri dua.
(Pak Ahmad bojone loro).
b. Gadis itu bernama Zaskia.
(Prawan kuwi nduwe jeneng Zaskia).
c. Ria sedang bersenang-senang dengan temannya.
(Ria lagi seneng-seneng karo koncone).
3. Prefiks ter-
Contoh :
a. Rino terkunci di dalam kamar.
(Rino kekancing neng njero kamar).
b. Lira terbangun dari tidurnya.
(Lira tangi soko turune).
c. Dina dibelikan mobil yang termahal.
(Dina ditukokne montor seng paling larang).
4. Prefiks di-
Contoh :
a. Setiap pulang sekolah Resti selalu dijemput.
(Saben muleh sekolah Resti mesti dijipok).
b. Ladangnya dikelola oleh orang lain.
(Ladange diolah karo wong liyo).
c. Tugas Lina dicontek temannya.
(Tugase Lina dicontek kawane).
5. Prefiks me-
Contoh :
a. Tini latihan menari di sekolah.
(Tini latihan njoget neng sekolah).
b. Ibu menanam cabe di kebun.
(Mamak nandur lombok neng kebon).
c. Rina menulis surat.
(Aku nulis surat).
6. Prefiks pe-
Contoh :
a. Rini anak yang pemalu.
(Rini bocah seng isinan).
b. Pencuri itu ditangkap polisi.
(Tukang maling kuwi ditangkep polisi).
c. Tolong bersihkan papan tulis ini dengan penghapus itu.
(Tulung resikna papan tulis iki karo pangapus kuwi.)
7. Prefiks ke-
Contoh :
a. Saya mempunyai kekasih yang baik.
(Aku nduwe pacar seng apik).
b. Tono ketua kelas yang rajin.
(Tono ketua kelas seng )
c. Febri anak kelima dari tujuh bersaudara.
(Febri bocah kelimo ket pitu seduluran).
8. Prefiks se-
Contoh :
a. Ibu membeli seikat kangkung.
(Mamak tuku seiket kangkung).
b. Wajahnya seindah bulan purnama.
(Raine apik koyok bulan ndadari).
c. Abang saya pergi selama lima tahun.
(Kakangku lungo wes limang taun).
4) INFIKS
1. Infiks –el-
Contoh :
a. Telapak kaki rita terkena paku.
(Dlamak’an sikile rita kenek paku).
b. Aryo kalau tidur selalu telungkup.
(Aryo lek turu nuli murep).
c. Telunjuk tangan saya terkena pisau.
(Driji tanganku kenek’an lading).
2. Infiks -er-
Contoh :
a. Kerundung Nia sangat bagus.
(Kudunge Nia apik banget).
b. Seruling saya hancur.
(Sulingku remuk).
c. Serabut kelapa bisa digunakan untuk membuat keterampilan.
(Sepet kambel iso kanggo gawe kerajinan tangan).
3. Infiks –em-
Contoh :
a. Ria sangat gemetar saat menyanyi di depan kelas.
(Ria nderedek banget wektu nembang neng ngarep kelas).
b. Masyarakat di Jawa mendengar suara gemuruh dari laut.
(Kabeh uwong neng njowo kerungu suoro seru iwet segoro).
c. Bintang di langit sangat gemerlap.
(Lintang neng langit ketok terang )banget.
5) SUFIKS
1. Sufiks –an
Contoh :
a. Santi membeli minuman yang dingin.
(Santi tuku ombenan seng anyep).
b. Ibu membawa sayuran dari ladang.
(Mamak nggowo sayuran ket ladang).
c. Penjahat itu mendapat hukuman yang pantas.
(Bedugal kuwi entok hukuman seng pantes).
2. Sufiks –i
Contoh :
a. Saya sedang mengelilingi kota Pekanbaru.
(Aku lagi ngubengi kota Pekanbaru).
b. Jangan duduki kursi itu
(Ojo lunggui dinglek kuwi).
c. Lengkapi dulu syarat-syaratmu!
(Pepaki disek syarat-syarate!)
3. Sufiks –kan
Contoh :
a. Kami mendatangkan guru besar dari Yogyakarta.
(Awak’e dewe nekanke guru gedhe teko Jugjo).
b. Korban gempa bumi sangat mengharapkan bantuan pemerintah.
(Korban lindu akeh banget seng mbutuhne bantuan pemerintah).
c. Sulis melemparkan batu ke arah anjing itu.
(Sulis mbalangke watu nyang nggon asu kuwi).
4. Sufiks –nya
Contoh :
a. Di rumah itu ada hantunya.
(Neng omah kuwi eneng memedine).
b. Ibunya Revi sedang sakit.
(Mamak’e Revi lagi loro).
c. Turunnya harga beras menggembirakan rakyat.
(Mudhune rega beras mbungahake rakyat).
5. Sufiks wan-
Contoh :
a. Wartawan itu sedang meliput peristiwa kecelakaan.
(Wartawan kuwi lagi ngeliput berita kecelakaan).
b. Johan menjadi sastrawan yang hebat.
(Johan dadi satrawan seng hebat).
c. Pak Hadi adalah orang yang dermawan.
(Pak Hadi yoiku wong seng dermawan).
6. Sufiks wati-
Contoh :
a. Bu Erna seorang karyawati yang rajin.
(Bu Erna wong karyawati seng sregep).
b. Kakaknya Hanif seorang seniwati.
(Mbakyune Hanif wong seniwati)
c. Liza menjadi seorang sastrawati yang terkenal.
(Liza dadi wong sastrawati seng terkenal).
6) KONFIKS
1. Konfiks ber-an
Contoh :
a. Adik berlarian kesana–sini.
(Adhik playonan rono-rene).
b. Rio duduk bersebelahan didalam bus itu.
(Rio lungguh dampingan neng njero bus kuwi).
c. Kakek itu tidur hanya beralaskan tikar.
(Mbahku lanang kuwi turu gor nggawe kloso).
2. Konfiks per-kan
Contoh :
a. Tarian yang sudah mereka pertunjukan akan di ulangi lagi.
(Jogedan seng wes dekne tunjukake arep dibaleni meneh).
b.Persiapkan dulu bahan-bahannya.
(Siapke ndisek bahan-bahane).
c. Masalah itu akan kita perdebatkan lagi minggu depan.
(Masalah kuwi arep awak’e dhewe perdebatke meneh minggu ngarep).
3. Konfiks me-kan
Contoh :
a. Pemerintah akan melebarkan jalan di depan sekolah kami.
(Pemerintah arep ngambakne dalan neng ngarep sekolah awak’e dhewe).
b. Saya membelikan rokok untuk ayah.
(Aku nukokke rokok nggo bapak).
c. Jangan mengharapkan bantuan lagi.
(Ojo ngarepake bantuan meneh).
4. Konfiks me-i
Contoh :
a. Warga memukuli pencuri itu sampai babak belur.
(Warga nggebuki maling kuwi sampek babak belur).
b. Bulan menerangi bumi.
(Bulan madangi bumi).
c. Bu Atik menanami halaman rumahnya dengan berbagai tanaman hias.
(Bu Atik nanduri latar omahe karo mace-macem tanduran hias).
5. Konfiks memper-kan
Contoh :
a. Tidak baik mempermainkan orang tua seperti itu.
(Ora apik ndolanke wong tuo koyok kuwi).
b. Saya ingin memperkenalkan kamu pada ayahku.
(Aku pengen ngenalke nang bapakku).
c. Saya akan memperlihatkan naskah aslinya.
(Aku arep ndelokke naskah asline).
6. Konfiks ke-an
Contoh :
a. Kesehatan Rina semakin baik.
(Kewarasan Rina tambah apik).
b. Dia kelihatan sangat gembira.
(Dekne ketok’e mbungah banget).
c. Faiz ketahuan selingkuh.
(Faiz keweruhan selingkuh).
7. Konfiks peN-an
Contoh :
a. Pembacaan Al-Quran itu dilakukan bersama-sama.
(Mocone Al-Quran kuwi dilakokke bebarengan).
b. Pembelian alat tulis itu dilakukan di toko siswa.
(Tukune alat tulis kuwi dilakokke neng toko siswa).
c. Pemberangkatan jamaah haji sudah dilaksanakan.
(Mangkate jamaah haji wes dilakokke).
8. Konfiks per-an
Contoh :
a. Pernikahan Sintia akan segera digelar.
(Nikahane Sintia arep cepet digelar).
b. Pertumbuhan penduduk semakin bertambah.
(Pertumbuhan poro wargo soyo nambah).
c. Permintaan mereka akan dipenuhi.
(Penjaluk’ane dekne kabeh arep diwei)
9. Konfiks se-nya
Contoh :
a. Kita harus menuntut ilmu setinggi-tingginya.
(Awak’e dhewe kudud nuntut elmu sadhuwur-dhuwure).
b. Usahankanlah datang secepat-cepatnya.
(Usahakelah teko sacepet-cepete).
c. Sejauh-jauhnya orang merantau, ingin juga kembali ke kampong halamannya.
(Seadoh-adohe wong meranto, pengen juga bali neng kampong halamanne).

Sabtu, 17 Mei 2014
Puisiku
Hari Ku, Semangat Ku
Aku tak dapat menyembunyikan perasaan hatiku
Senang dan bahagia……
Aku sadar sesuatu telah datang menghampiri ku
Mengantarkanku menikmati pagi nan sejuk,
Inilah hari ku
Inilah pagi ku
Ku sambut ia dengan semangat ku
Aku katakan kepadanya
Aku siap menghadapi hari ini,
Beri aku kekuatan
tuk menjalani hariku
Beri aku daya
tuk menerjang semua halangan dan rintangan,
Kini,ku persiapkan semua itu
Hanya untuk menghadapimu
Ku kalahkan kau dengan semangat ku
Ku terjang semua rintangan dihadapan ku
Aku tak dapat menyembunyikan perasaan hatiku
Senang dan bahagia……
Aku sadar sesuatu telah datang menghampiri ku
Mengantarkanku menikmati pagi nan sejuk,
Inilah hari ku
Inilah pagi ku
Ku sambut ia dengan semangat ku
Aku katakan kepadanya
Aku siap menghadapi hari ini,
Beri aku kekuatan
tuk menjalani hariku
Beri aku daya
tuk menerjang semua halangan dan rintangan,
Kini,ku persiapkan semua itu
Hanya untuk menghadapimu
Ku kalahkan kau dengan semangat ku
Ku terjang semua rintangan dihadapan ku
Arab Melayu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Huruf arab melayu merupakan salah satu bentuk penulisan yang sering digunakan untuk menyampaikan sesuatu berita kepada orang lain yang ditulis dalam bentuk huruf arab tanpa menggunakan ejaan. Penulisan huruf arab melayu ini sedikit berbeda dengan penulisan huruf arab yang terdapat dalam kitab suci umat beragama islam, yaitu Al-Qur’an. Huruf arab melayu bukan merupakan bentuk bahasa yang resmi digunakan oleh rakyat Indonesia, dikarenakan penggunaan huruf arab melayu ini semakin berkurang dan untuk membacanya dibutuhkan seseorang yang juga mampu membaca huruf arab melayu ini, juga dikarenakan penulisan bentuk huruf arab melayu ini tidak dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Namun banyak digunakan untuk penulisan kitab-kitab.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMAKAIAN HURUF WAU (و)
Suku akhir terbuka berbunyi u, o, atau diftong au diberi bersaksi wau (و).Huruf و tidak dapat disambung dengan huruf sesudahnya. Huruf و dipakai untuk bunyi o dan u untuk membedakan o dan u dapat diketahui setelah membaca kata yang dimaksud.
2.1 Suku akhir terbuka berbunyi u
Contoh :
Lembu : لمبو
Tandu : تندو
Sepatu : سڤاتو
Lampu : لمڤو
Kartu : كرتو
Mampu : ممڤو
Sendu : سندو
Jambu : جمبو
2.2 Suku akhir terbuka berbunyi o
Contoh :
Salo : سالو
Sampo : سمڤو
Saldo : سلدو
Logo : لوڬو
2.3 Suku akhir terbuka berbunyi au
Contoh :
Pulau : ڤولاو
Kicau : ﮐﻴچاو
Surau : ﺴﻮﺭاﻮ
Kemilau : كميلاو
Sakau : ساكاو
Himbau :همباو
2.4 Suku kedua dari belakang terbuka berbunyi u
Contoh :
Muda : مودا
Guna : ڬونا
Curi :چوري
Kuli :كولي
Juara : جوارا
Ramu : رامو
2.5 Suku kedua dari belakang berbunyi o
Contoh :
Kota :كوتا
Pompa :ڤومڤا
Rompi :رومڤي
Topi :توڤي
Bola :بولا
Dora :ا دور
Rotan :روتن
Mendoa : مندوا
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku akhir terbuka u, o, atau diftong au diberi bersaksi wau (و) dan suku kata kedua dari belakang terbuka berbunyi u, atau au harus juga diberi bersaksi wau.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh informasi tentang penulisan arab melayu serta untuk memperdalam mempelajari arab melayu. Kemampuan dan keterampilan bahasa yang kita miliki tidak hanya menuntut untuk menguasai teori semata tetapi juga menuntut kita mampu untuk mencontohkan dalam bentuk lain khususnya pada materi yang memerlukan praktik nyata seperti menulis dan membaca arab melayu.
DAFTAR PUSTAKA
F.X. Surana dkk. 1982. Menulis dan Membaca Huruf Arab Indonesia. Solo:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Fadillah dkk. 1997. Lambang Pelajaran Tulisan Arab Melayu. Pekanbaru: Usaha Putra Riau
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Huruf arab melayu merupakan salah satu bentuk penulisan yang sering digunakan untuk menyampaikan sesuatu berita kepada orang lain yang ditulis dalam bentuk huruf arab tanpa menggunakan ejaan. Penulisan huruf arab melayu ini sedikit berbeda dengan penulisan huruf arab yang terdapat dalam kitab suci umat beragama islam, yaitu Al-Qur’an. Huruf arab melayu bukan merupakan bentuk bahasa yang resmi digunakan oleh rakyat Indonesia, dikarenakan penggunaan huruf arab melayu ini semakin berkurang dan untuk membacanya dibutuhkan seseorang yang juga mampu membaca huruf arab melayu ini, juga dikarenakan penulisan bentuk huruf arab melayu ini tidak dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Namun banyak digunakan untuk penulisan kitab-kitab.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMAKAIAN HURUF WAU (و)
Suku akhir terbuka berbunyi u, o, atau diftong au diberi bersaksi wau (و).Huruf و tidak dapat disambung dengan huruf sesudahnya. Huruf و dipakai untuk bunyi o dan u untuk membedakan o dan u dapat diketahui setelah membaca kata yang dimaksud.
2.1 Suku akhir terbuka berbunyi u
Contoh :
Lembu : لمبو
Tandu : تندو
Sepatu : سڤاتو
Lampu : لمڤو
Kartu : كرتو
Mampu : ممڤو
Sendu : سندو
Jambu : جمبو
2.2 Suku akhir terbuka berbunyi o
Contoh :
Salo : سالو
Sampo : سمڤو
Saldo : سلدو
Logo : لوڬو
2.3 Suku akhir terbuka berbunyi au
Contoh :
Pulau : ڤولاو
Kicau : ﮐﻴچاو
Surau : ﺴﻮﺭاﻮ
Kemilau : كميلاو
Sakau : ساكاو
Himbau :همباو
2.4 Suku kedua dari belakang terbuka berbunyi u
Contoh :
Muda : مودا
Guna : ڬونا
Curi :چوري
Kuli :كولي
Juara : جوارا
Ramu : رامو
2.5 Suku kedua dari belakang berbunyi o
Contoh :
Kota :كوتا
Pompa :ڤومڤا
Rompi :رومڤي
Topi :توڤي
Bola :بولا
Dora :ا دور
Rotan :روتن
Mendoa : مندوا
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku akhir terbuka u, o, atau diftong au diberi bersaksi wau (و) dan suku kata kedua dari belakang terbuka berbunyi u, atau au harus juga diberi bersaksi wau.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh informasi tentang penulisan arab melayu serta untuk memperdalam mempelajari arab melayu. Kemampuan dan keterampilan bahasa yang kita miliki tidak hanya menuntut untuk menguasai teori semata tetapi juga menuntut kita mampu untuk mencontohkan dalam bentuk lain khususnya pada materi yang memerlukan praktik nyata seperti menulis dan membaca arab melayu.
DAFTAR PUSTAKA
F.X. Surana dkk. 1982. Menulis dan Membaca Huruf Arab Indonesia. Solo:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Fadillah dkk. 1997. Lambang Pelajaran Tulisan Arab Melayu. Pekanbaru: Usaha Putra Riau
Profesi Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah hal mutlak yang ada dalam kehidupan. Tanpa pendidikan maka masyarakat dan individu akan terus terbelenggu dalam kebodohan dan kevakuman sehingga sulit untuk berbuat sesuatu yang berguna demi meningkatkan kualitas diri. Pendidikan bisa dilakukan oleh lembaga formal dan informal. Lembaga formal penyelenggara pendidikan meliputi lembaga-lembaga pendidikan yang terdaftar. Lembaga informal dimulai dri pendidikan orang tua dan lainnya diluar pendidikan formal. Pendidikan formal akan sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian dan kualitas individu. Seorang tenaga pendidik yang melatih dan mendidik individu harus benar-benar terlatih. Dengan kata lain seorang pendidik harus profesional. Mendidik bukanlah hal yang mudah terutama dilembaga formal. Perlu cara khusus untuk menangani masing-masing perbedaan karakteristik setiap peserta didik. Oleh karena itu., perlu dilakukan upaya untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan, karena pendidikan di suatu negara akan menentukan kualiatas dari negara tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan profesi ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian profesi.
1.4 Manfaat Agar kita dapat mengetahui pengertian profesi dan menambah wawasan para pembaca mengenai hal ini khususnya para mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Islam Riau.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Profesi
Dari segi bahasa, profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”, yang dalam bahasa Yunani adalah “Επαγγελια”, yang bermakna: “Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen”. Menurut De George, profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Dari ketiga definisi di atas maka dapat disimpulkan profesi adalah suatu bidang pekerjaan untuk menghasilkan nafkah hidup yang membutuhkan pelatihan, penguasaan, dan pendidikan terhadap keahlian atau keterampilan tertentu.
2.2 Pengertian Profesi Menurut Para Ahli
1. SCHEIN, E.H (1962)
Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.
2. HUGHES, E.C (1963) Perofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang diderita atau terjadi pada kliennya.
3. DANIEL BELL (1973)
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.
4. PAUL F. COMENISCH (1983)
Profesi adalah "komunitas moral" yang memiliki cita-cita dan nilai bersama.
5. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
6. K. BERTENS Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama.
7. SITI NAFSIAH
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain (orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan, profesionalisme, dan tanggung jawab.
8. DONI KOESOEMA A
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta pelayananbaku terhadap masyarakat pekerjaan tersebut memiliki komitmen/janji yang harus dipenuhi.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Profesi adalah suatu bidang pekerjaan untuk menghasilkan nafkah hidup yang membutuhkan pelatihan, penguasaan, dan pendidikan terhadap keahlian atau keterampilan tertentu serta pekerjaan tersebut memiliki komitmen/janji yang harus dipenuhi.
3.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini, kami menyarankan kepada para pembaca bahwa pembahasan kami mengenai Profesi sudah tercantum secara jelas dan singkat. Kami berharap bagi para pembaca untuk memberikan kritikan atau saran yang lebih membangun, agar makalah kami ini lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://friendlich.blogspot.com/2012/04/latar-belakang-profesi-pendidikan.html http://sahatrenold96.blogspot.com/2013/02/makalah-profesi-kependidikan.html http://carapedia.com/pengertian_definisi_profesi_info2177.html
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah hal mutlak yang ada dalam kehidupan. Tanpa pendidikan maka masyarakat dan individu akan terus terbelenggu dalam kebodohan dan kevakuman sehingga sulit untuk berbuat sesuatu yang berguna demi meningkatkan kualitas diri. Pendidikan bisa dilakukan oleh lembaga formal dan informal. Lembaga formal penyelenggara pendidikan meliputi lembaga-lembaga pendidikan yang terdaftar. Lembaga informal dimulai dri pendidikan orang tua dan lainnya diluar pendidikan formal. Pendidikan formal akan sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian dan kualitas individu. Seorang tenaga pendidik yang melatih dan mendidik individu harus benar-benar terlatih. Dengan kata lain seorang pendidik harus profesional. Mendidik bukanlah hal yang mudah terutama dilembaga formal. Perlu cara khusus untuk menangani masing-masing perbedaan karakteristik setiap peserta didik. Oleh karena itu., perlu dilakukan upaya untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan, karena pendidikan di suatu negara akan menentukan kualiatas dari negara tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan profesi ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian profesi.
1.4 Manfaat Agar kita dapat mengetahui pengertian profesi dan menambah wawasan para pembaca mengenai hal ini khususnya para mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Islam Riau.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Profesi
Dari segi bahasa, profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”, yang dalam bahasa Yunani adalah “Επαγγελια”, yang bermakna: “Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen”. Menurut De George, profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Dari ketiga definisi di atas maka dapat disimpulkan profesi adalah suatu bidang pekerjaan untuk menghasilkan nafkah hidup yang membutuhkan pelatihan, penguasaan, dan pendidikan terhadap keahlian atau keterampilan tertentu.
2.2 Pengertian Profesi Menurut Para Ahli
1. SCHEIN, E.H (1962)
Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.
2. HUGHES, E.C (1963) Perofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang diderita atau terjadi pada kliennya.
3. DANIEL BELL (1973)
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.
4. PAUL F. COMENISCH (1983)
Profesi adalah "komunitas moral" yang memiliki cita-cita dan nilai bersama.
5. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
6. K. BERTENS Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama.
7. SITI NAFSIAH
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain (orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan, profesionalisme, dan tanggung jawab.
8. DONI KOESOEMA A
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta pelayananbaku terhadap masyarakat pekerjaan tersebut memiliki komitmen/janji yang harus dipenuhi.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Profesi adalah suatu bidang pekerjaan untuk menghasilkan nafkah hidup yang membutuhkan pelatihan, penguasaan, dan pendidikan terhadap keahlian atau keterampilan tertentu serta pekerjaan tersebut memiliki komitmen/janji yang harus dipenuhi.
3.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini, kami menyarankan kepada para pembaca bahwa pembahasan kami mengenai Profesi sudah tercantum secara jelas dan singkat. Kami berharap bagi para pembaca untuk memberikan kritikan atau saran yang lebih membangun, agar makalah kami ini lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://friendlich.blogspot.com/2012/04/latar-belakang-profesi-pendidikan.html http://sahatrenold96.blogspot.com/2013/02/makalah-profesi-kependidikan.html http://carapedia.com/pengertian_definisi_profesi_info2177.html
Langganan:
Postingan (Atom)